Senin, 15 Desember 2014

ENGGAN PADA KATA



#CELOTEH KANGTO'INK



Jika dalam sebuah tanda tanya, diam bisa diartikan sebagai penyetujuan, 

maka diam juga bisa diartikan sebagai penolakan, dalam suatu keadaan tanda tanya yang lain.

Tahun-tahun berlalu di genggaman kita,
menumbuhi jarak, memupuk lupa.


Tak ada waktu terlewat saat itu kecuali,
detik yang menukar kita dengan nama-nama.
 

Tak ada lagi engkau semenjak itu.
Dan tak ada lagi aku sedari saat itu.


Kita lenyap oleh keadaan, Meniada karena pilihan.
Tak ada yang memaksamu beranjak.
Tak ada yang memintaku lekas pergi.
 

Kita hanya berusaha untuk tidak berdiam,
sementara hidup mengharuskan kita untuk terus berjalan.


Jika pada sebuah salam perpisahan kita mengacu,
maka dengan sengaja atau tidak kita telah mengabaikan itu sebagai penanda perpisahan kita.
 

Boleh jadi kita hanya berpisah sementara.
Tetapi mungkin juga kita memang sebentar saja dipertemukan.


Waktu-waktu terlewat, menjauhkan kita.
Sementara engkau meniti perlahan jalanmu,
aku senantiasa mengamatimu,
dan bermimpi kembali menuntunnya.


Sekali waktu, aku menyebutmu dalam rindu yang usang.

Aku berharap, ..
kau tak menemukannya di antara belai malam yang diam-diam sengaja ku alamatkan.


Dengan rindu aku menjagamu.
Dengan rindu aku memilih tak sekali - kali meniadakanmu.


Petang itu tak seperti biasanya.
Ada enggan yang menghinggapiku ketika kau mulai bicara.

Enggan pada basa-basi Kata yang selalu harus dipersiapkan.
 

Hingga pada suatu ketika pembicaraanmu terhenti,
aku masih enggan terhadap kata-kata.
 

Bisu pada bibirku, Diam yang kemudian kau salah artikan.
Keadaan tak lantas berubah selepasnya.
Hanya keping demi keping saja yang terlanjur terurai.
 

Mungkin engkau yang tak lekas bersiap,
mungkin aku yang lebih dulu tahu kapan harus mengecap.


Lalu,..
kita pun berbeda semenjaknya.
Kembali diam, Seolah saling tak mengenali lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar